METODE DISKUSI DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
METODE DISKUSI DAN
PENERAPANNYA
DALAM PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Matematika memberikan sumbangan yang cukup besar dalam
pembentukan manusia unggul, karena salah satu kriteria manusia unggul adalah
manusia yang dapat menggunakan nalarnya untuk
kemajuan umatnya. Kita yakin bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang mampu
membawa manfaat bagi manusia lainnya untuk kehidupan selanjutnya.
Untuk menguasai matematika siswa tidak perlu menghapal semua
rumus yang ada di dalamnya siswa hanya diminta untuk memahami cara untuk
memecahkan masalah. Pentingnya pemahaman siswa terhadap matematika sangat
berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Metode sebagai salah
satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar
mengajar menjadi penting bagi seorang pendidik untuk memilih metode mana yang
efektif. Pada dasarnya semua metode yang digunakan dalam mengajar adalah baik,
namun dalam pelaksanaannya sangat bergantun pada guru. Metode yang kurang baik
di tangan seorang guru dapat menjadi metode yang baik sekali di tangan guru
yang lain, dan metode yang baik akan jelek di tangan guru yang tidak menguasai
tehnik pelaksanaannya. Jadi jelas bahwa guru sangat berperan dalam memilih dan
menggunakan metode mengajar yang baik.
Salah satu metode
pengajaran yang digunakan adalah metode diskusi. Metode diskusi merupakan
metode yang membuat para siswa aktif karena semua siswa memperoleh kesempatan
berbicara atau berdialog satu sama lain untuk bertukar pikiran dan informasi
tentang suatu topik atau masalah, atau mencari kemungkinan fakta dan pembuktian
yang dapat digunakan bagi pemecahan suatu masalah. Dengan menggunakan metode
diskusi dalam proses belajar mengajar matematika diharapkan agar siswa lebih
aktif dalam belajar, sehingga siswa lebih bergairah dan bersemangat dalam
mempelajari matematika serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Metode
Diskusi?
2. Bagaimana Penerapan Metode
Diskusi Dalam Pembelajaran?
3. Bagaimana maksud dari Pemecahan
Masalah Sebagai Tujuan Diskusi?
4. Apakah Kelebihan dan Kelemahan
dari Metode Diskusi?
1.3.
Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui Pengertian
Metode Diskusi.
2. Untuk mengetahui Penerapan
Metode Diskusi Dalam Pembelajaran.
3. Untuk mengetahui maksud dari
Pemecahan Masalah Sebagai Tujuan Diskusi.
4. Untuk mengetahui Kelebihan dan
Kelemahan dari Metode Diskusi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Metode Diskusi
Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih
(sebagai suatu kelompok). Biasanya komunikasi antara mereka/kelompok berupa
salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya memberikan rasa pemahaman
yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik.
Dari topik inilah diskusi berkembang, dibincangkan, dan pada akhirnya
menghadilkan suatu pemahaman dari topik tersebut.
Metode diskusi
merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberi suatu persoalan atau masalah kepada
murid, dan para murid diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan
masalah itu dengan teman-temannya. Dalam diskusi murid dapat mengemukakan
pendapat, menyangkal pendapat orang lain, mengajukan usul-usul, dan mengajukan
saran-saran dalam rangka pemecahan masalah yang ditinjau dari berbagai segi.
Metode diskusi adalah
suatu cara penyampaian materi pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan persoalan
yang dihadapai (Semiwan, 1990 :76). Sedangkan menurut Suryosubroto (1997:179)
mengemukakan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dengan
guru memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok-kelompok untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun ke berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
Dalam diskusi, setiap
siswa turut berpartisipasi secara aktif dan turut aktif pula dalam memecahkan masalah. Semakin banyak
siswa yang terlibat, semakin banyak pula yang mereka pelajari. Sedangkan guru
tidak banyak ikut campur tangan sebab nantinya siswa tidak dapat belajar
banyak.
Dengan melaksanakan
metode diskusi maka suasana kelas akan menjadi semakin hidup, setiap anak
diharapkan menjadi berpartisipasi secara aktif. Dalam diskusi, peranan guru
sebagai pusat pemberi informasi, pemberi ketegasan, penentu batas dapat
dikurangi. Sehingga guru hanya sebagai pengatur lalu lintas dan penunjuk jalan
dalam pelaksanaan diskusi. Sedangkan pemecahan masalah diserahkan kepada semua
siswa.
2.2. Penerapan Metode Diskusi Dalam Pembelajaran
Diskusi sebagai metode
pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk
berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat
dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka.
Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang
bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Manakala salah satu
diantara siswa berbicara, maka siswa-siswa lain yang menjadi bagian dari
kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara terlebih dahulu dan begitu
pula yang menanggapi, tidak harus diatur terlebih dahulu. Dalam berdiskusi,
seringkali siswa saling menanggapi jawaban temannya atau berkomentar terhadap
jawaban yang diajukan siswa lain. Demikian pula mereka kadang-kadang mengundang
anggota kelompok lain untuk bicara, sebagai nara sumber. Dalam penentuan
pimpinan diskusi, anggota kelompok dapat menetapkan pemimpin diskusi mereka
sendiri. Sehingga melalui metode diskusi, keaktifan siswa sangat tinggi.
Mc.Keachie dan Kulik
(Gage dan Berliner, 1984: 487), menyebutkan bahwa dibanding dengan metode
ceramah, dalam hal retensi, proses berfikir tingkat tinggi, pengembangan sikap
dan pemertahanan motivasi, lebih baik dengan metode diskusi. Hal ini disebabkan
metode diskusi memberikan kesempatan anak untuk lebih aktif dan memungkinkan
adanya umpan balik yang bersifat langsung. Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil
penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak
dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam
transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding
penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan
kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
Hasil-hasil penelitian
tentang penggunaan metode diskusi kelompok oleh Lorge, Fox, Davitz, dan Brenner
(Davies, 1984:237--239) dapat disimpulkan dalam rangkuman berikut.
a. Mengenai soal-soal yang berisiko, keputusan kelompok lebih
radikal dari pada keputusan perorangan.
b.
Kalau ada pelbagi
pendapat tentang sebuah soal yang masih baru, maka pemecahan kelompok lebih
tepat daripada pemecahan perorangan; tetapi tidak selalu demikian kalau soalnya
biasa-biasa saja.
c.
Kalau bahan persoalan
bukan materi baru, dan anggota-anggota kelompok mempunyai keterampilan dalam
memecahkan soal-soal sejenis, pemecahan kelompok lebih baik dari pemecahan oleh
anggota masing-masing, tetapi kadang-kadang pemcahan anggota yang paling cerdas
lebih baik lagi.
d.
Kebaikan utama diskusi
kelompok bukanlah pengajuan banyak pendekatan, melainkan penolakan terhadap
pendekatan yang tidak masuk akal.
e.
Yang memperoleh
keuntungan dari diskusi kelompok, ialah siswa-siswa yang lemah dalam pemecahan
soal.
f.
Superioritas kelompok
merupakan fungsi dari kualitas tiap anggota kelompok. Sebuah kelompok dapat
diharapkan memecahkan sebuah soal, kalau sekurang-kurangnya satu anggota dapat
memecahkan soal itu secara individual, sekalipun ia memerlukan lebih banyak
waktu.
g.
Dalam hal waktu,
metode kelompok biasanya kurang efisien. Kalau anggota-anggota saling percaya
dan bekerjasama dengan baik, maka kelompok dapat bekerja lebih cepat daripada
kerja perorangan.
h.
Kehadiran orang luar
mempengaruhi prestasi anggota-anggota kelompok. Kalau kelompok itu bekerjasama
secara harmonis, dan orang luar bergabung dengan kelompok, hal itu mempunyai
pengaruh positif; kalau kerja sama itu tidak harmonis, maka kehadiran itu
merusak, jika dia hanya bertindak sebagai pendengar saja.
i.
Dengan metode diskusi
perubahan sikap dapat dicapai dengan lebih baik daripada kritik langsung untuk
mengubah sikap yang diharapkan. Metode diskusi juga paling baik untuk
memperkenalkan inovasi-inovasi atau perubahan.
j.
Kalau dipakai struktur
pembahasan yang cocok dengan tugas, dan cukup waktu untuk meninjau persoalan
dari segala segi, serta jika anggota-anggota tidak saling mengevaluasi, maka
diskusi kelompok terbukti lebih kreatif daripada belajar perorangan. (Kondisi – kondisi ini terdapat pada "brain storming")
Bertolak dari
hasil-hasil penelitian tersebut di atas menyokong asumsi bahwa keunggulan
metode diskusi terletak pada efektivitasnya untuk mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran tingkat tinggi dan tujuan pembelajaran ranah afektif (Davies,
1984: 239). Karena itu, ada tiga macam tujuan pembelajaran yang cocok melalui
penggunaan metode diskusi:
1)
Penguasaan bahan
pelajaran
2)
Pembentukkan dan
modifikasi sikap
3)
Pemecahan masalah (Gall
dan Gall, dalam Depdikbud, 1983:28).
Diskusi sebagai metode
pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:
a. Memanfaatkan
berbagai kemampuan yang ada pada siswa
b. Memberi
kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya
c. Mendapatkan
balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai
d. Membantu
siswa belajar berpikir secara kritis
e. Membantu
siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman
f. Membantu
siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah sendiri maupun dari
pelajaran sekolah
g. Mengembangkan
motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Adapun kegiatan guru
dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
1. Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan
didiskusikan atau guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau
problem yang akan didiskusikan.
2. Guru menjelaskan tujuan diskusi.
3. Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab
mengenai materi pelajaran yang didiskusikan.
4. Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa
serentak berbicara mengeluarkan pendapat.
5. Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar
seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
6. Mengatur giliran berbicara agar jangan siswa yang berani
dan berambisi menonjolkan diri saja yang menggunakan kesempatan untuk
mengeluarkan pendapatnya.
7. Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang
dari pokok/problem.
8. Mencatat hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera
dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah.
9. Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa
dengan siswa.
10. Bukan lagi menjadi
pembicara utama melainkan menjadi pengatur pembicaraan.
Kegiatan siswa dalam
pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
a. Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau
mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.
b. Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari
buku-buku sumber atau sumber
pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang
diajukan.
c. Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang
diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.
d. Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya
terhadap pendapat yang baru dikemukakan.
e. Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat
yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.
f. Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya
walau berbeda pendapat.
g. Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling
dikemukakan teman baik setuju maupun bertentangan.
h. Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang
baik dan tepat
i.
Ikut menjaga dan
memelihara ketertiban diskusi.
j.
Tidak bertujuan untuk
mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari pendapat yang benar
yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.
Hal-hal yang harus dilakukan guru sebagai penunjuk jalan adalah :
1. Menjelaskan kembali apa yang menjadi pokok permasalahan apabila ada
gejala-gejala pembahasan akan menyimpang pada persoalan semula.
2.
Menyerahkan
gagasan baru di dalam melihat masalah yang sedang didiskusikan itu.
3.
Menunjukkan
aspek-aspek penting yang menjadi pokok pembahasan dengan ditinjau dari berbagai
segi pemecahan masalah.
4.
Memutuskan kembali pernyataan seseorang
siswa dengan jalan memperjelas pendapat anak yang kurang dapat dimengerti oleh
anak lain.
5.
Menyimpulkan semua
yang telah dikemukakan siswa, di mana titik pertemuanya dan titik perbedaannya
dijelasakan kembali kepada siswa.
2.3. Pemecahan Masalah sebagai Tujuan Diskusi
Pemecahan masalah
merupakan tujuan utama dari diskusi (Maier, dalam Depdikbud, 1983:29).
Masalah-masalah yang tepat untuk pembelajaran dengan metode diskusi adalah
masalah yang menghasilkan banyak alternatif pemecahan. Dan juga masalah yang
mengandung banyak variabel. Banyaknya alternatif dan atau variabel tersebut
dapat memancing anak untuk berfikir. Oleh karena itu, masalah untuk diskusi
yang pemecahannya tidak menuntut anak untuk berfikir, misalnya hanya menuntut
anak untuk menghafal, maka masalah tersebut tidak cocok untuk didiskusikan.
Menurut Maiyer
(Depdikbud,1983:29) dalam diskusi kelompok kecil,
dapat meningkatkan siswa untuk berpartisipasi dalam memecahkan masalah. Untuk
itu, bilamana guru menginginkan keterlibatan anak secara maksimal dalam diskusi,
maka jumlah anggota kelompok diskusi perlu diperhatikan guru. Jumlah anggota
kelompok diskusi yang mampu memaksimalkan partisipasi anggota adalah antara 3-7
anggota. Dari hasil pengamatan, kelompok diskusi yang jumlah anggotanya antara
3-7 itu saja, anggota yang diduga kurang berpartisipasi penuh berkisar 1--2
orang.
Dalam diskusi dengan
jumlah anggota yang relatif kecil memungkinkan setiap anak memperoleh
kesempatan untuk berpartisipasi. Masalah yang dijadikan topik diskusi hendaknya
yang relevan dengan minat anak. Masalah diskusi yang cocok dengan minat anak
dapat mendorong keterlibatan mental dan keterlibatan emosional siswa secara
optimal.
Melalui penggunaan
metode diskusi, siswa juga mendapat kesempatan untuk latihan keterampilan
berkomunikasi dan keterampilan untuk mengembangkan strategi berfikir dalam
memecahkan masalah. Namun demikian pembelajaran dengan metode diskusi semacam
ini keberhasilannya sangat bergantung pada anggota kelompok itu sendiri dalam
memanfaatkan kesempatan untuk berpatisipasi dalam pembelajaran. Untuk
meningkatkan proses diskusi, peranan pemimpin diskusi sangat menentukan.
Pemimpin diskusi
bertugas untuk mengklarifikasi topik yang tidak jelas. Jika diskusi tidak
berjalan, pemimpin diskusi berkewajiban mengambil inisiatif dengan melontarkan
ide-ide yang dapat memancing pendapat peserta diskusi. Demikian pula bila
terjadi ketegangan dalam proses diskusi, tugas pemimpin diskusi adalah
meredakan ketegangan. Tidak jarang pendapat-pendapat dalam diskusi menyimpang
dari topik utama, karena itu pemimpin diskusi bertugas untuk mengembalikan
pembicaraan kepada topik utama diskusi.
Pemilikan pengetahuan
secara umum tentang masalah yang didiskusikan adalah prasyarat agar setiap
peserta mampu mengemukakan pendapat. Diskusi tidak akan berhasil manakala
peserta diskusi belum memiliki pengetahuan yang menjadi masalah yang
didiskusikan. Dalam diskusi formal, untuk membekali pengetahuan peserta,
disajikan terlebih dahulu makalah yang disusun oleh salah satu peserta diskusi.
Tujuan penyajian makalah adalah untuk membuka wawasan dan pikiran peserta agar mampu memberikan pendapatnya.
Tujuan penyajian makalah adalah untuk membuka wawasan dan pikiran peserta agar mampu memberikan pendapatnya.
2.4. Kelebihan
dan Kelemahan Metode Diskusi
Adapun kelebihan
metode diskusi sebagai berikut:
a.
Mendidik siswa untuk
belajar mengemukakan pikiran atau pendapat.
b.
Memberi kesempatan
kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sumber data.
c.
Memberi kesempatan
kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem bersama-sama.
d.
Melatih siswa untuk
berdiskusi di bawah asuhan guru.
e.
Merangsang siswa untuk
ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau menentang pendapat
teman-temannya.
f.
Membina suatu perasaan
tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan
atau telah diambil.
g.
Mengembangkan rasa
solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi atau mungkin
bertentangan sama sekali.
h.
Membina siswa untuk
berpikir matang-matang sebelum berbicara.
i.
Berdiskusi bukan hanya
menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan berbicara saja tetapi juga menuntut
kemampuan berbicara secara sistematis dan logis.
j.
Dengan mendengarkan
semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara, pengetahuan dan pandangan
siswa mengenai suatu problem akan bertambah luas.
2.5. Kelemahan metode diskusi sebagai berikut:
a. Tidak semua topik
dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja
yang dapat didiskusikan.
b.
Diskusi yang mendalam
memerlukan banyak waktu.
c.
Sulit untuk menentukan
batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
d.
Biasanya tidak semua
siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang karena menunggu
siswa mengemukakan pendapat.
e.
Pembicaraan dalam
diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah biasa berbicara.
Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara.
f. Memungkinkan timbulnya
rasa permusuhan antarkelompok atau menganggap kelompoknya sendiri lebih pandai
dan serba tahu daripada kelompok lain atau menganggap kelompok lain sebagai
saingan, lebih rendah, remeh atau lebih bodoh.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Metode diskusi merupakan suatu metode
pengajaran yang mana guru memberi suatu persoalan atau masalah kepada murid,
dan para murid diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah
itu dengan teman-temannya. Dengan menggunakan teori humanistik maka siswa bebas
mengemukakan pendapat,memilih pilihannya sendiri,melakukan apa yang
diinginkannya dan menanggung rsiko dari perilaku yang ditunjukan. Dan Teori
konstruktiviktif memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan
sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan
guna mengembangkan dirinya sendiri. pendekatan induktif memeberikan kesempatan
pada siswa untuk aktif mengemukakan argumentasinya, menyangkal atau mempertahankan
argumentasinya dari pendapat orang lain kemudian menyimpulkan.
3.2. Saran
1)
Hendaknya sebelum
menyampaikan materi kepada siswa, seorang guru harus sudah menguasai materi
sedetail-detailnya.
2)
Dalam menyampaikan
materi sebaiknya guru memilih teori belajar, metode pembelajaran dan pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran sehingga materi yang
diberikan mudah dipahami oleh siswa.
3)
Efisiensi waktu
harus diperhatikan dalam proses pembelajaran.
4)
Seorang guru
hendaknya ulet dan kreatif untuk mencari media teknologi baru dalam proses
pembelajaran.
5)
Seorang guru
hendaknya dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang nyaman dan
menyenangkan di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung:
Usaha Nasional.
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajran Matematika Kontenporer.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sulistiyono, Sri Kurnianingsih, Kuntanti. 2005. Matematika XI Semester
2. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
http://ukiakih.blogspot.com/2009/03/teori-belajar.html
Download File Lengkap Bab 1-IV Format MS Office Di Sini
Download File Lengkap Bab 1-IV Format MS Office Di Sini
Comments
Post a Comment