Download Gratis Skripsi PTK

  Download Gratis Skripsi Pendidikan


( Link Download Skripsi Lengkapnya Ada di bawah masing-masing Artikel, GRATIS Full)


Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions)
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika pada Materi Pokok Segi Empat Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Aswaja Tunggangri Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013.

Syaiful Arifin
9184202001351
Pembimbing: (I) Ratri Candra Hastari, M.Pd., (II) Drs. M. Astiham, M.M.
ABSTRAK: Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Peningkatan prestasi belajar  ini bisa dilihat dari meningkatnya nilai siswa mulai dari tes awal pra tindakan dengan ketuntasan 40,54 % dan setelah adanya Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) ketuntasan siswa mencapai 78,38 % untuk test siklus I dan 89,46 % untuk tes siklus II. Sehingga sesuai dengan pembahasan analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)  dapat meningkatkan prestasi belajar matematika dalam materi pokok segi empat siswa kelas VIIC semester genap MTs Aswaja Tunggangri Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013.
Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), Prestasi Belajar, Segi Empat.

 


Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini tampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.
Sementara itu Komisi tentang Pendidikan Abad ke- 21 (Commission on Education for the “21” Century), (dalam Trianto 2012:4) merekomendasikan empat stategi dalam menyukseskan pendidikan : Pertama, learning to learn, yaitu memuat bagaimana pelajar mampu menggali informasi yang ada di sekitarnya dari ledakan informasi itu sendiri; Kedua, learning to be, yaitu pelajar diharapkan mampu untuk mengenali dirinya sendiri, serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya; Ketiga, learning to do, yaitu berupa tindakan atau aksi, untuk memunculkan ide yaang berkaitan dengan sainstek; dan Keempat, learning to be together, yaitu memuat bagaimana kita hidup dalam masyarakat yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lain, sehingga mampu bersaing secara sehat dan bekerja sama serta mampu untuk menghargai orang lain.
Sedangkan menurut Trianto (2012: 7): Apabila kita ingin meningkatkan prestasi, tentunya tidak akan terlepas dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran disekolah. Berlakunya Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah (di dalam kelas ataupun di luar kelas).
Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak besifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan.
Satu inovasi yang menarik mengiringi perubahan paradigma tersebut adalah ditemukan dan diterapkannya berbagai model-model pembelajaran Inovatif-Progresif, salah satunnya Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin.
Pembaharuan praktik pembelajaran ini diharapkan terjadi pada semua pembelajaran dalam kelas, khususnya pembelajaran matematika. Mengingat matematika itu penting, tetapi mempelajarinya masih dianggap sulit bagi sebagian besar siswa. Begitu pula yang terjadi pada siswa MTs Aswaja Tunggangri Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung. Berdasarkan observasi pendahuluan terhadap guru MTs Aswaja Tunggangri Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran matematika. Salah satunya adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap materi-materi yang diajarkan oleh guru. Kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai hal yaitu, 1) Siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan karena munculnya rasa bosan dengan model pembelajaran yang monoton yaitu lebih banyak didominasi oleh guru dan siswa pandai saja sedangkan siswa yang kurang pandai cenderung bersifat pasif, 2) Siswa tidak menyukai matematika karena menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit dimengerti, 3) guru kurang memberikan variasi dalam menggunakan model pembelajaran, pada akhirnya berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa.

METODE
Dalam penelitian ini menggunakan tindakan-tindakan dan berdasarkan bagaimana penelitian ini dilaksanakan, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan, Penelitian tindakan adalah salah satu cara suatu kelompok atau sesorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.
Menurut Arikunto dkk. (2008: 2) jika penelitian tindakan berkaitan dengan pendidikan dan dilaksanakan dalam kemasan kelas maka penelitian ini dinamakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classrom Action Research (CAR). Dengan menggabungkan batasan pengertian kata penelitian, tindakan dan kelas  Arikunto (2010: 130) menyimpulkan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang disengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.” McNiff (dalam Arikunto dkk. 2008: 102) menyatakan bahwa PTK merupakan suatu bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya.
Menurut Kemmis (dalam Wiriaadmadja 2007: 12), menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari (1) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka (2) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan, dan (3) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek.
Menurut Sukmadinata (2012: 140)  “penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatan sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, kanselor), dalam mengumpulkann data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan, dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan.”
Ebbutt (dalam Wiriaadmadja 2007: 12) mengemukakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
Berdasarkan penjelasan  Aqib dkk. (2011: 3) dapat dijelaskan bahwa “karakteristik penelitian tindakan kelas itu situasional, yaitu berkaitan dengan mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu. Masalahnya bersumber dari praktek pembelajaran keseharian yang benar-benar dirasakan oleh guru atau siswa. Kemudian diupayakan penyelesaian demi peningkatan mutu pendidikan, prestasi siswa, profesi guru, dan mutu sekolah dengan jalan merefleksi diri.”
Proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini bisa dirujuk dari model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2010:  137) yang meliputi (1) menyusun perencanaan, (2) melaksanakan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Dengan demikian penelitian tindakan suatu proses yang memiliki siklus yang bersifat spiral mulai dari perencanaan, melaksanakan tindakan, pengamatan (penemuan fakta-fakta untuk melakukan penilaian atau memodifikasi perencanaan penelitian), dan refleksi.
Sesuai dengan jenis penelitian yang akan dilakukan , yaitu penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lokasi penelitian sangat mutlak diperlukan sebagai instrumen utama. Peneliti berperan sebagai instrumen utama berperan sebagai perencana tindakan, pelaksana, pengumpul data, penafsir data, pemakna data, dan pelapor temuan penelitian.  Instrumen penunjang yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman pengamatan, dan tes tulis. Peneliti akan mewawancarai siswa yang menjadi subjek wawancara dan pengamat (observer) akan mengamati aktifitas selama berlangsungnya pembelajaran.
Menurut Bogdan & Biklen (dalam Moleong, 2011: 248) analisis data kualitatif adalah “upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.”
Salah satu teknik analisis data yang akan digunakan adalah dengan model analisis yang dikemukakan Miles dan Huberman (dalam Prastowo 2012: 241), meliputi kegiatan mereduksi data, menyajikan data, menarik kesimpulan dan verifikasi data.
Untuk menjamin keabsahan data dalam penelitian ini digunakan kriteria derajat kepercayaan, derajat yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang ditawarkan Moleong (2011: 327-332) ada tiga cara dari tujuh cara yang ditawarkannya diantaranya: ketekunan pengamatan, triangulasi dan Pengecekan teman sejawat.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan langkah-langkah pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)  dalam meningkatkan prestasi belajar  siswa pada materi segi empat pada siswa kelas VII MTs Aswaja Tunggangri, Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dalam bentuk belajar kelompok, individu dapat meningkatan pemahaman siswa,  hal ini dibuktikan dengan peningkatan prestasi belajar siswa secara signifikan hal ini sesuai dengan pendapat Suprijono (2013: 61) “Model Pembelajaran Kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman dan pengembangan ketrampilan sosial”.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) juga mengharapkan siswa memahami konsep secara mendalam dari apa yang telah mereka pelajari sehingga materi yang dipelajari akan lebih bermakna dan apabila suatu saat siswa menemukan permasalahan serupa mereka dapat menyelesaikannya dengan membangun konsep dari pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya.
Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) peneliti berusaha untuk menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) secara maksimal. Meskipun pada praktiknya masih ada kekurangan pada siklus I dan peneliti segera memperbaikinya supaya pada siklus berikutnya pembelajaran matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) lebih maksimal.
Berdasarkan observasi mengenai Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) yang diamati selama berlangsungnya pembelajaran pada siklus I untuk guru (peneliti) dengan persentase keberhasilan rata-rata yaitu 70%. Pada siklus II persentase rata-rata 90% sehingga terjadi peningkatan 20%. Sedangkan observasi untuk siswa pada siklus I persentase rata-ratanya adalah 67% dan pada siklus II persentase rata-rata kedua observer adalah 80%. Terjadi peningkatan sebesar 13%. Pada siklus II terjadi peningkatan dari siklus I. Dengan demikian penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada siklus II menunjukkan peningkatan yang maksimal.
Beberapa perbaikan yang dilakukan pada siklus II berdampak pada hasil belajar siswa pada materi yang disampaikan.  Untuk menggali pengetahuan yang dimiliki siswa, guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa yang mengarah kepada materi yang akan disampaikan. Hal ini dimaksudkan agar siswa mempelajari berbagai materi sebelumnya. Selain itu alasan lain yaitu agar siswa mampu membangun motivasi dan siswa lebih kreatif dalam memecahkan masalah pada materi yang diajarkan oleh guru (peneliti), karena hasil belajar siswa meningkat maka prestasi belajar siswa juga meningkat. Hal itu ditunjukkan pada siklus II ketuntasan siswa dalam belajar mengalami peningkatan menjadi 89,46% dengan taraf keberhasilan sangat baik. Dalam mencapai peningkatan tersebut tidak lepas dari perbaikan terhadap tindakan yang dilakukan pada siklus sebelumnya. Pada siklus I dalam pembelajaran guru (dalam hal ini peneliti) kurang menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada materi sehingga siswa merasa bingung dan kurang faham, peneliti juga kurang merata dalam membantu menggali informasi dan membimbing siswa dalam menyelesaikan masalah, selain itu siswa juga merasa asing dengan pembelajaran yang guru terapkan. Pada saat guru (peneliti) memberikan permasalahan dan menyuruh siswa untuk mengerjakan, sebagian siswa masih bingung sehingga siswa malas untuk mengerjakannya. Pada saat guru meminta perwakilan masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil kerja kelompok siswa masih kurang percaya diri untuk maju sendiri sehingga guru (peneliti) harus menunjuk perwakilan masing-masing kelompok.
Pada siklus I kebanyakan siswa masih kurang aktif dalam proses pembelajaran baik dalam hal diskusi dengan kelompoknya, bertanya kepada guru maupun dalam mengemukakan pendapatnya. Hal ini dikarenakan siswa masih bingung memahami permasalahan dari model pembelajaran yang baru dan takut bertanya.
Saat guru (peneliti) memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk mengerjakan bersama kelompoknya, guru berkeliling sambil melihat cara siswa bekerja secara kelompok, maka tidak sedikit yang bertanya. Sehingga berdasarkan pengamatan terlihat bahwa siswa masih kurang percaya diri dan takut untuk bertanya kepada guru.
Selama proses belajar mengajar guru masih lebih dominan daripada siswa dalam mengarahkan siswa dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas. Guru memberikan pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir dan lebih memahami masalah yang guru ajukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui respon siswa dalam kegiatan pembelajaran, siswa dapat aktif atau tidak.
Pada siklus selanjutnya peneliti sebagai guru memperbaiki tindakan yang dilakukan dalam penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Perbaikan yang dilakukan di antaranya menjelaskan model pembelajaran yang baru, guru lebih merata dalam membimbing, mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi dan membantu siswa menyiapkan hasil kerja ke masing-masing kelompok.
Dengan demikian pada siklus II ini siswa sudah aktif dan pemahaman siswa terhadap permasalahan juga sudah baik, ini terlihat dalam menemukan solusi pemecahan masalah, mereka tidak mengalami kesulitan.
Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dan observer bahwa peningkatan terjadi pada aktifitas siswa dari sebelum diberi tindakan sampai kepada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II membawa pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa. Sebelum diberi tindakan diperoleh nilai rata-rata pre-test Siswa Kelas VII MTs Aswaja Tunggangri dengan taraf keberhasilan, hasil pre-test siswa yang mencapai nilai ³ 65 sebanyak 15 siswa dan 22 siswa mendapat nilai di bawah 65, sehingga ketuntasan kelas yang tercapai sebesar 40,54% dengan nilai rata-rata kelas adalah 59,08. Pada siklus I nilai rata-rata kelas 77,71, siswa yang mendapat nilai ³ 65  sebanyak 29 siswa dan yang mendapat nilai < 65 sebanyak 8 siswa dan ketuntasan kelas mencapai 78,38%. Sedangkan pada siklus II rata-rata nilai kelas 78,43, siswa yang mendapat nilai ³ 65  sebanyak 31 siswa dan yang mendapat nilai < 65 sebanyak 6 siswa, ketuntasan yang tercapai 89,46%. Hasil tersebut sesuai dengan hasil analisis post-test I dan  post-test II.
Dari pembahasan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar pada materi pokok segi empat. Namun demikian dalam proses penelitian ini ada hal-hal penting yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam melaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)  karena membutuhkan banyak waktu, adanya perubahan peran siswa dan guru serta pengukuran dan penilaian hasil belajar yang diharapkan berbeda.

SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)  dapat meningkatkan prestasi belajar matematika dalam materi pokok segi empat siswa kelas VIIC semester genap MTs Aswaja Tunggangri Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal itu dapat ditunjukkan dari hasil post-test  pada setiap siklus.  Siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 78,38 %, berarti ketuntasan belajar siswa belum tercapai, karena dianggap tuntas jika ketuntasan belajar siswa telah mencapai minimal 80%. Sedangkan siklus II meningkat menjadi 89,46 % dengan demikian dapat diartikan bahwa pembelajaran pada siklus II telah mengalami ketuntasan secara klasikal.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang bisa diberikan sebagai berikut:
1.      Bagi Guru, perlu mempertimbangkan untuk melaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) untuk meningkatkan prestasi belajar.
2.      Bagi Sekolah hendaknya mulai menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) untuk memajukan sekolah serta memperbaiki proses pembelajaran.
3.      Bagi Siswa diharapkan dapat saling membantu, tolong menolong, bersosial kepada siswa yang kurang memahami materi melalui kerjasama berkelompok.
4.      Bagi Peneliti yang ingin meneliti Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat menggunakan materi yang lebih luas dan hendaknya membuat persiapan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar.

DAFTAR RUJUKAN
Aqib, Zainal. 2011. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung: CV. Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi.  2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful, Bahri. 2012. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Djamarah, Syaiful, Bahri. Zain, Aswan.  2010. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2011. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Meleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Slavin, Robert, E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan oleh Narulita Yusron. 2012. Bandung: Nusa Media.
Sukmadinata, Nana, Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikemi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Tulungagung: STKIP PGRI Tulungagung.
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Rawamangun: Kencana Prenada Media Group.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Popular posts from this blog

KADERISASI ORGANISASI

METODE PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

PEMBUATAN ALAT PERAGA “ ULAR PINTAR” DARI TUTUP BOTOL BEKAS