Download Gratis Skripsi PTK
- Get link
- X
- Other Apps
Download Gratis Skripsi Pendidikan
( Link Download Skripsi Lengkapnya Ada di bawah masing-masing Artikel, GRATIS Full)
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement
Divisions)
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika pada Materi
Pokok Segi Empat Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Aswaja Tunggangri Kecamatan
Kalidawir Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013.
Syaiful Arifin
9184202001351
Pembimbing: (I) Ratri Candra Hastari, M.Pd.,
(II) Drs. M. Astiham, M.M.
ABSTRAK: Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Peningkatan prestasi belajar ini bisa dilihat dari meningkatnya nilai
siswa mulai dari tes awal pra tindakan dengan ketuntasan 40,54 % dan setelah
adanya Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) ketuntasan siswa mencapai 78,38 % untuk test siklus I dan 89,46 % untuk tes siklus
II. Sehingga sesuai dengan pembahasan analisis data yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
dalam materi pokok segi empat siswa kelas VIIC semester genap MTs Aswaja
Tunggangri Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013.
Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), Prestasi Belajar,
Segi Empat.
Untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah menyelenggarakan
perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis jenjang.
Namun fakta di lapangan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini tampak
dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat
memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang
masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu
sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam
arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih
memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk
berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.
Sementara
itu Komisi tentang Pendidikan Abad ke- 21 (Commission
on Education for the “21” Century), (dalam Trianto 2012:4) merekomendasikan
empat stategi dalam menyukseskan pendidikan : Pertama, learning to learn, yaitu memuat bagaimana pelajar mampu
menggali informasi yang ada di sekitarnya dari ledakan informasi itu sendiri; Kedua, learning to be, yaitu pelajar
diharapkan mampu untuk mengenali dirinya sendiri, serta mampu beradaptasi
dengan lingkungannya; Ketiga, learning to
do, yaitu berupa tindakan atau aksi, untuk memunculkan ide yaang berkaitan
dengan sainstek; dan Keempat, learning to
be together, yaitu memuat bagaimana kita hidup dalam masyarakat yang saling
bergantung antara yang satu dengan yang lain, sehingga mampu bersaing secara
sehat dan bekerja sama serta mampu untuk menghargai orang lain.
Sedangkan
menurut Trianto (2012: 7): Apabila kita ingin meningkatkan prestasi, tentunya
tidak akan terlepas dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran disekolah.
Berlakunya Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang telah direvisi melalui
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam
pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal
(persekolahan). Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru yang
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah (di dalam kelas
ataupun di luar kelas).
Salah satu
perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang
semula berpusat pada guru (teacher
centered) beralih berpusat pada murid (student
centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori;
dan pendekatan yang semula lebih banyak besifat tekstual berubah menjadi kontekstual.
Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik
dari segi proses maupun hasil pendidikan.
Satu inovasi
yang menarik mengiringi perubahan paradigma tersebut adalah ditemukan dan
diterapkannya berbagai model-model pembelajaran Inovatif-Progresif, salah satunnya Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions) yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin.
Pembaharuan
praktik pembelajaran ini diharapkan terjadi pada semua pembelajaran dalam
kelas, khususnya pembelajaran matematika. Mengingat matematika itu penting,
tetapi mempelajarinya masih dianggap sulit bagi sebagian besar siswa. Begitu
pula yang terjadi pada siswa MTs Aswaja Tunggangri Kecamatan Kalidawir
Kabupaten Tulungagung. Berdasarkan observasi pendahuluan terhadap guru MTs
Aswaja Tunggangri Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung, terdapat beberapa
kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran matematika. Salah satunya
adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap materi-materi yang diajarkan oleh
guru. Kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai hal yaitu, 1) Siswa kurang
memperhatikan materi yang disampaikan karena munculnya rasa bosan dengan model
pembelajaran yang monoton yaitu lebih banyak didominasi oleh guru dan siswa
pandai saja sedangkan siswa yang kurang pandai cenderung bersifat pasif, 2)
Siswa tidak menyukai matematika karena menganggap bahwa matematika adalah mata
pelajaran yang sulit dimengerti, 3) guru kurang memberikan variasi dalam menggunakan model pembelajaran, pada
akhirnya berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa.
METODE
Dalam penelitian ini
menggunakan tindakan-tindakan dan berdasarkan bagaimana penelitian ini
dilaksanakan, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan,
Penelitian tindakan adalah salah satu cara suatu kelompok atau sesorang dalam
mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman
mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.
Menurut Arikunto dkk. (2008: 2) “jika penelitian tindakan berkaitan dengan
pendidikan dan dilaksanakan dalam kemasan kelas maka penelitian ini dinamakan
penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classrom Action Research (CAR).” Dengan menggabungkan
batasan pengertian kata penelitian, tindakan
dan kelas Arikunto (2010: 130) menyimpulkan bahwa
“penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang
disengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.” McNiff (dalam Arikunto
dkk. 2008: 102) menyatakan bahwa PTK merupakan suatu bentuk penelitian
reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum pengembangan
sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan
sebagainya.
Menurut
Kemmis (dalam Wiriaadmadja 2007: 12), menjelaskan bahwa penelitian tindakan
adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai
situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas
dan keadilan dari (1) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka (2)
pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan, dan (3) situasi
yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek.
Menurut
Sukmadinata (2012: 140) “penelitian
tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para
pelaksana program dalam kegiatan sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh guru,
dosen, kepala sekolah, kanselor), dalam mengumpulkann data tentang pelaksanaan
kegiatan, keberhasilan, dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian menyusun
rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan.”
Ebbutt
(dalam Wiriaadmadja 2007: 12) mengemukakan bahwa penelitian tindakan adalah
kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh
sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,
berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
Berdasarkan
penjelasan Aqib dkk. (2011: 3) dapat
dijelaskan bahwa “karakteristik penelitian tindakan kelas itu situasional,
yaitu berkaitan dengan mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu. Masalahnya
bersumber dari praktek pembelajaran keseharian yang benar-benar dirasakan oleh
guru atau siswa. Kemudian diupayakan penyelesaian demi peningkatan mutu
pendidikan, prestasi siswa, profesi guru, dan mutu sekolah dengan jalan
merefleksi diri.”
Proses pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini bisa dirujuk dari model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart
(dalam Arikunto, 2010: 137) yang
meliputi (1) menyusun perencanaan, (2) melaksanakan tindakan, (3) pengamatan,
dan (4) refleksi. Dengan demikian penelitian tindakan suatu proses yang
memiliki siklus yang bersifat spiral mulai dari perencanaan, melaksanakan
tindakan, pengamatan (penemuan fakta-fakta untuk melakukan penilaian atau
memodifikasi perencanaan penelitian), dan refleksi.
Sesuai dengan jenis penelitian yang akan dilakukan , yaitu
penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti
di lokasi penelitian sangat mutlak diperlukan sebagai instrumen utama. Peneliti
berperan sebagai instrumen utama berperan sebagai perencana tindakan,
pelaksana, pengumpul data, penafsir data, pemakna data, dan pelapor temuan
penelitian. Instrumen penunjang yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman pengamatan, dan tes tulis.
Peneliti akan mewawancarai siswa yang menjadi subjek wawancara dan pengamat (observer) akan mengamati aktifitas
selama berlangsungnya pembelajaran.
Menurut Bogdan & Biklen (dalam Moleong, 2011: 248)
analisis data kualitatif adalah “upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.”
Salah satu teknik analisis data yang akan digunakan adalah
dengan model analisis yang dikemukakan Miles dan Huberman (dalam Prastowo 2012:
241), meliputi kegiatan mereduksi data, menyajikan data, menarik kesimpulan dan
verifikasi data.
Untuk menjamin keabsahan data dalam
penelitian ini digunakan kriteria derajat kepercayaan, derajat yang digunakan
dalam penelitian ini seperti yang ditawarkan Moleong (2011: 327-332) ada tiga
cara dari tujuh cara yang ditawarkannya diantaranya: ketekunan pengamatan,
triangulasi dan Pengecekan teman sejawat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi segi empat pada siswa kelas
VII MTs Aswaja Tunggangri, Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung semester
genap Tahun Pelajaran 2012/2013.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
dalam bentuk belajar kelompok, individu dapat meningkatan pemahaman siswa, hal ini dibuktikan dengan peningkatan
prestasi belajar siswa secara signifikan hal ini sesuai dengan pendapat
Suprijono (2013: 61) “Model Pembelajaran Kooperatif dikembangkan untuk mencapai
hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman dan
pengembangan ketrampilan sosial”.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) juga mengharapkan siswa
memahami konsep secara mendalam dari apa yang telah mereka pelajari sehingga
materi yang dipelajari akan lebih bermakna dan apabila suatu saat siswa
menemukan permasalahan serupa mereka dapat menyelesaikannya dengan membangun
konsep dari pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya.
Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) peneliti
berusaha untuk menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
secara maksimal. Meskipun pada praktiknya masih ada kekurangan pada siklus I
dan peneliti segera memperbaikinya supaya pada siklus berikutnya pembelajaran
matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) lebih maksimal.
Berdasarkan observasi mengenai Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) yang diamati selama berlangsungnya pembelajaran pada
siklus I untuk guru (peneliti) dengan persentase keberhasilan rata-rata yaitu
70%. Pada siklus II persentase rata-rata 90% sehingga terjadi peningkatan 20%.
Sedangkan observasi untuk siswa pada siklus I persentase rata-ratanya adalah
67% dan pada siklus II persentase rata-rata kedua observer adalah 80%. Terjadi
peningkatan sebesar 13%. Pada siklus II terjadi peningkatan dari siklus I.
Dengan demikian penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
pada siklus II menunjukkan peningkatan yang maksimal.
Beberapa perbaikan yang dilakukan pada siklus II berdampak
pada hasil belajar siswa pada materi yang disampaikan. Untuk menggali pengetahuan yang dimiliki
siswa, guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa yang
mengarah kepada materi yang akan disampaikan. Hal ini dimaksudkan agar siswa
mempelajari berbagai materi sebelumnya. Selain itu alasan lain yaitu agar siswa
mampu membangun motivasi dan siswa lebih kreatif dalam memecahkan masalah pada
materi yang diajarkan oleh guru (peneliti), karena hasil belajar siswa
meningkat maka prestasi belajar siswa juga meningkat. Hal itu ditunjukkan pada
siklus II ketuntasan siswa dalam belajar mengalami peningkatan menjadi 89,46%
dengan taraf keberhasilan sangat baik. Dalam mencapai peningkatan tersebut
tidak lepas dari perbaikan terhadap tindakan yang dilakukan pada siklus
sebelumnya. Pada siklus I dalam pembelajaran guru (dalam hal ini peneliti)
kurang menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada materi sehingga
siswa merasa bingung dan kurang faham, peneliti juga kurang merata dalam
membantu menggali informasi dan membimbing siswa dalam menyelesaikan masalah,
selain itu siswa juga merasa asing dengan pembelajaran yang guru terapkan. Pada
saat guru (peneliti) memberikan permasalahan dan menyuruh siswa untuk
mengerjakan, sebagian siswa masih bingung sehingga siswa malas untuk
mengerjakannya. Pada saat guru meminta perwakilan masing-masing kelompok untuk
menyajikan hasil kerja kelompok siswa masih kurang percaya diri untuk maju
sendiri sehingga guru (peneliti) harus menunjuk perwakilan masing-masing
kelompok.
Pada siklus I kebanyakan siswa masih kurang aktif dalam
proses pembelajaran baik dalam hal diskusi dengan kelompoknya, bertanya kepada
guru maupun dalam mengemukakan pendapatnya. Hal ini dikarenakan siswa masih
bingung memahami permasalahan dari model pembelajaran yang baru dan takut
bertanya.
Saat guru (peneliti) memberikan permasalahan dan meminta
siswa untuk mengerjakan bersama kelompoknya, guru berkeliling sambil melihat
cara siswa bekerja secara kelompok, maka tidak sedikit yang bertanya. Sehingga
berdasarkan pengamatan terlihat bahwa siswa masih kurang percaya diri dan takut
untuk bertanya kepada guru.
Selama proses belajar mengajar guru masih lebih dominan
daripada siswa dalam mengarahkan siswa dalam mengerjakan dan menyelesaikan
tugas. Guru memberikan pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir dan lebih
memahami masalah yang guru ajukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui respon
siswa dalam kegiatan pembelajaran, siswa dapat aktif atau tidak.
Pada siklus selanjutnya peneliti sebagai guru memperbaiki
tindakan yang dilakukan dalam penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Perbaikan yang dilakukan di antaranya
menjelaskan model pembelajaran yang baru, guru lebih merata dalam membimbing,
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi dan membantu siswa menyiapkan
hasil kerja ke masing-masing kelompok.
Dengan demikian pada siklus II ini siswa sudah aktif dan
pemahaman siswa terhadap permasalahan juga sudah baik, ini terlihat dalam
menemukan solusi pemecahan masalah, mereka tidak mengalami kesulitan.
Menurut hasil pengamatan
yang dilakukan peneliti dan observer bahwa peningkatan terjadi pada aktifitas
siswa dari sebelum diberi tindakan sampai kepada pelaksanaan tindakan siklus I
dan siklus II membawa pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa. Sebelum
diberi tindakan diperoleh nilai rata-rata pre-test Siswa Kelas VII MTs
Aswaja Tunggangri
dengan taraf keberhasilan, hasil pre-test siswa
yang mencapai nilai ³ 65 sebanyak 15 siswa dan 22 siswa
mendapat nilai di bawah 65, sehingga ketuntasan kelas yang
tercapai sebesar 40,54% dengan nilai rata-rata kelas adalah 59,08. Pada siklus I nilai rata-rata kelas 77,71, siswa yang mendapat nilai ³ 65 sebanyak 29 siswa dan yang mendapat nilai <
65 sebanyak
8 siswa dan ketuntasan kelas mencapai 78,38%. Sedangkan pada siklus II
rata-rata nilai kelas 78,43, siswa yang mendapat nilai ³ 65 sebanyak 31 siswa dan yang mendapat nilai <
65 sebanyak 6 siswa, ketuntasan yang tercapai 89,46%. Hasil tersebut sesuai
dengan hasil analisis post-test I dan
post-test II.
Dari pembahasan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu
alternatif yang bisa digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar pada materi
pokok segi empat. Namun demikian dalam proses penelitian ini ada hal-hal
penting yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam melaksanakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions) karena membutuhkan banyak waktu, adanya
perubahan peran siswa dan guru serta pengukuran dan penilaian hasil belajar
yang diharapkan berbeda.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil
penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
dalam materi pokok segi empat siswa kelas VIIC semester genap MTs Aswaja
Tunggangri Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013.
Hal itu dapat ditunjukkan
dari hasil post-test pada setiap siklus. Siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 78,38 %, berarti ketuntasan belajar siswa belum tercapai, karena
dianggap tuntas jika ketuntasan belajar siswa telah mencapai minimal 80%. Sedangkan siklus II meningkat menjadi 89,46 % dengan demikian dapat diartikan bahwa pembelajaran pada siklus II
telah mengalami ketuntasan secara klasikal.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang bisa diberikan
sebagai berikut:
1.
Bagi Guru, perlu mempertimbangkan
untuk melaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) untuk meningkatkan prestasi
belajar.
2.
Bagi Sekolah hendaknya mulai menerapkan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions) untuk memajukan sekolah serta
memperbaiki proses pembelajaran.
3.
Bagi Siswa diharapkan dapat saling
membantu, tolong menolong, bersosial kepada siswa yang kurang memahami materi
melalui kerjasama berkelompok.
4.
Bagi Peneliti yang ingin meneliti Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat
menggunakan materi yang lebih luas dan hendaknya membuat persiapan yang matang
agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar.
Aqib, Zainal. 2011. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung: CV.
Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful, Bahri. 2012. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional.
Djamarah, Syaiful, Bahri. Zain,
Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2011. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Meleong,
Lexy J. 2011.
Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nurhadi. dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian.
Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Slavin, Robert, E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan
Praktik. Terjemahan oleh Narulita Yusron. 2012. Bandung: Nusa Media.
Sukmadinata, Nana, Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi
Paikemi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Tulungagung:
STKIP PGRI Tulungagung.
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Rawamangun:
Kencana Prenada Media Group.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk
Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
LINK Download Skripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
- Get link
- X
- Other Apps